Kabupaten SRAGEN

Profil
| Nama Resmi | : | Kabupaten Sragen | ||||||||
| Ibukota | : | Sragen | ||||||||
| Provinsi | : | JAWA TENGAH | ||||||||
| Batas Wilayah | : | 
 | ||||||||
| Luas Wilayah | : | 941,54 Km² | ||||||||
| Jumlah Penduduk | : | 862.400 Jiwa | ||||||||
| Wilayah Administrasi | : | Kecamatan: 20, Kelurahan: 12, Desa: 196 | ||||||||
| Website | : | http://www.sragenkab.go.id/ | 
(Permendagri No.66 Tahun 2011)
Sejarah
Hari
 Jadi Kabupaten Sragen ditetapkan dengan Perda Nomor : 4 Tahun 1987, 
yaitu pada hari Selasa Pon, tanggal 27 Mei 1746. tanggal dan waktu 
tersebut adalah dari hasil penelitian serta kajian pada fakta sejarah, 
ketika Pangeran Mangkubumi yang kelak menjadi Sri Sultan Hamengku Buwono
 yang ke- I menancapkan tonggak pertama melakukan perlawanan terhadap 
Belanda menuju bangsa yang berdaulat dengan membentuk suatu Pemerintahan
 lokal di Desa Pandak, Karangnongko masuk tlatah Sukowati sebelah 
timur. 
Kronologi dan Prosesi
 
         Pangeran Mangkubumi adik dari Sunan Pakubuwono II di Mataram 
sangat membenci Kolonialis Belanda. Apalagi setelah Belanda banyak 
mengintervensi Mataram sebagai Pemerintahan yang berdaulat. Oleh karena 
itu dengan tekad yang menyala bangsawan muda tersebut lolos dari istana 
dan menyatakan perang dengan Belanda. Dalam sejarah peperangan tersebut,
 disebut dengan Perang Mangkubumen ( 1746 - 1757 ).
         
 Dalam perjalanan perangnya Pangeran Muda dengan pasukannya dari Keraton
 bergerak melewati Desa-desa Cemara, Tingkir, Wonosari, Karangsari, 
Ngerang, Butuh, Guyang. Kemudian melanjutkan perjalanan ke Desa Pandak, 
Karangnongko masuk tlatah Sukowati. 
         
 Di Desa ini Pangeran Mangkubumi membentuk Pemerintahan Pemberontak. 
Desa Pandak, Karangnongko di jadikan pusat Pemerintahan Projo Sukowati, 
dan Beliau meresmikan namanya menjadi Pangeran Sukowati serta mengangkat
 pula beberapa pejabat Pemerintahan.
         
 Karena secara geografis terletak di tepi Jalan Lintas Tentara Kompeni 
Surakarta – Madiun, pusat Pemerintahan tersebut dianggap kurang aman, 
maka kemudian sejak tahun 1746 dipindahkan ke Desa Gebang yang terletak 
disebelah tenggara Desa Pandak Karangnongko. 
         
 Sejak itu Pangeran Sukowati memperluas daerah kekuasaannya meliputi 
Desa Krikilan, Pakis, Jati, Prampalan, Mojoroto, Celep, Jurangjero, 
Grompol, Kaliwuluh, Jumbleng, Lajersari dan beberapa desa Lain.
         
 Dengan daerah kekuasaan serta pasukan yang semakin besar Pangeran 
Sukowati terus menerus melakukan perlawanaan kepada Kompeni Belanda bahu
 membahu dengan saudaranya Raden Mas Said, yang berakhir dengan 
perjanjian Giyanti pada tahun 1755, yang terkenal dengan Perjanjian 
Palihan Negari, yaitu kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta, 
dimana Pangeran Sukowati menjadi Sultan Hamengku Buwono ke-1 dan 
perjanjian Salatiga tahun 1757, dimana Raden Mas Said ditetapkan menjadi
 Adipati Mangkunegara I dengan mendapatkan separuh wilayah Kasunanan 
Surakarta. 
         
 Selanjutnya sejak tanggal 12 Oktober 1840 dengan Surat Keputusan Sunan 
Paku Buwono VII yaitu serat Angger – angger Gunung, daerah yang 
lokasinya setrategis ditunjuk menjadi Pos Tundan, yaitu tempat untuk 
menjaga ketertiban dan keamanan Lalu Lintas Barang dan surat serta 
perbaikan jalan dan jembatan, termasuk salah satunya adalah Pos Tundan 
Sragen.
         
 Perkembangan selanjutnya sejak tanggal 5 juni 1847 oleh Sunan Paku 
Buwono VIII dengan persetujuan Residen Surakarta baron de Geer ditambah 
kekuasaan yaitu melakukan tugas kepolisian dan karenanya disebut 
Kabupaten Gunung Pulisi Sragen. Kemudian berdasarkan Staatsblaad No 32 
Tahun 1854, maka disetiap Kabupaten Gunung Pulisi dibentuk Pengadilan 
Kabupaten, dimana Bupati Pulisi menjadi Ketua dan dibantu oleh Kliwon, 
Panewu, Rangga dan Kaum. 
         
 Sejak tahun 1869, daerah Kabupaten Pulisi Sragen memiliki 4 ( empat ) 
Distrik, yaitu Distrik Sragen, Distrik Grompol, Distrik Sambungmacan dan
 Distrik Majenang. Selanjutnya sejak Sunan Paku Buwono VIII dan 
seterusnya diadakan reformasi terus menerus dibidang Pemerintahan, 
dimana pada akhirnya Kabupaten Gunung Pulisi Sragen disempurnakan 
menjadi Kabupaten Pangreh Praja. Perubahan ini ditetapkan pada jaman 
Pemerintahan Paku Buwono X, Rijkblaad No. 23 Tahun 1918, dimana 
Kabupaten Pangreh Praja sebagai Daerah Otonom yang melaksanakan 
kekuasaan hukum dan Pemerintahan.
         
 Dan Akhirnya memasuki Zaman Kemerdekaan Pemerintah Republik Indonesia ,
 Kabupaten Pangreh Praja Sragen menjadi Pemerintah Daerah Kabupaten 
Sragen.
( Sumber : Sejarah dan Hari Jadi Pemerintahan di Kota Sragen, 1987 )
Arti Logo

| 
 |  | 
| Nilai Budaya
SANGIRAN 
Sragen
 merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang berbatasan 
langsung dengan Provinsi Jawa Timur. Dengan demikian, Kabupaten Sragen 
adalah pintu gerbang memasuki Jawa Tengah dari arah timur. Kabupaten 
Sragen juga sering disebut sebagai “Tlatah Sukowati” yang mempunyai 
wilayah seluas 941,55 KM 2 , dengan topografi sebagai berikut: di 
tengah-tengah wilayah mengalir Sungai Bengawan Solo yang merupakan 
sungai terpanjang di Pulau Jawa; daerah sebelah selatan merupakan bagian
 dari lereng Gunung Lawu; sebelah utara merupakan bagian dari Pegunungan
 Kendeng; dan sebelah barat merupakan kawasan yang sangat terkenal 
dengan sebutan “Kubah Sangiran”. |  | |
| 
Terletak
 di desa Krikilan,Kec. Kalijambe ( + 40 km dari Sragen atau + 17 km dari
 Solo) Sangiran Dome menyimpan puluhan ribu fosil dari jaan pleistocen (
 + 2 juta tahun lalu). Fosil-fosil purba ini merupakan 65 % fosil 
hominid purba di Indonesia dan 50 % di seluruh dunia. Hingga saat ini 
telah ditemukan lebih dari 13.685 fosil 2.931 fosil ada di Museum, 
sisanya disimpan di gudang penyimpanan.  Sebagai World Heritage List (Warisan Budaya Dunia). Museum ini memiliki fasilitas-fasilitas diantaranya :ruang pameran (fosil manusia, binatang purba), laboratorium, gudang fosil, ruang slide dan kios-kios souvenir khas Sangiran. |  | 
| 
Keistimewaan
 Sangiran, berdasarkan penelitian para ahli Geologi dulu pada masa  
purba merupakan hamparan lautan. Akibat proses geologi dan akibat 
bencana alam letusan Gunung Lawu, Gunung Merapi, dan Gunung Merbabu, 
Sangiran menjadi Daratan. Hal tersebut dibuktikan  dengan 
lapisan-lapisan tanah  pembentuk  wilayah  Sangiran yang sangat berbeda 
dengan lapisan tanah di tempat lain. Tiap-tiap lapisan tanah tersebut 
ditemukan fosil-fosil menurut jenis dan jamannya. Misalnya, Fosil 
Binatang Laut banyak diketemukan di Lapisan tanah paling bawah, yang 
dulu merupakan lautan.  | 
| “ Dome Sangiran” atau Kawasan Sangiran yang memiliki luas wilayah sepanjang bentangan dari utara –selatan sepanjang 9 km. Barat –Timur sepanjang 7 km. Masuk dalam empat kecamatan atau sekitar 59,3 Km2. Temuan Fosil di “Dome Sangiran” di kumpulkan dan disimpan di Museum Sangiran. Temuan Fosil di Sangiran untuk jenis Hominid Purba (diduga sebagai asal evolusi Manusia) ada 50 (Limapuluh) Jenis/Individu. Untuk Fosil-fosil yang diketemukan di Kawasan Sangiran merupakan 50 % dari temuan fosil di Duniadan merupakan 65 % dari temuan di Indonesia. Oleh Karenanya Dalam sidangnya yang ke 20 Komisi Warisan Budaya Dunia di Kota Marida, Mexico tanggal 5 Desember 1996, Sangiran Ditetapkan sebagai salahsatu Warisan Budaya Dunia “World Haritage List” Nomor : 593. |  | 
| Koleksi Musium Sangiran | |||
| 1. | 
Fosil manusia, antara lain Australopithecus africanus ,Pithecanthropus mojokertensis (Pithecantropus robustus ),Meganthropus palaeojavanicus , Pithecanthropus erectus ,Homo soloensis , Homo neanderthal Eropa, Homo neanderthalAsia, dan Homo sapiens . |  | |
| 2. |  | 
Fosil binatang bertulang belakang, antara lain Elephas namadicus (gajah),Stegodon trigonocephalus (gajah), Mastodon sp (gajah), Bubalus palaeokarabau (kerbau), Felis palaeojavanica (harimau), Sus sp (babi),Rhinocerus sondaicus (badak), Bovidae (sapi, banteng), dan Cervus sp(rusa dan domba). | |
| 3. | Fosil binatang air, antara lain Crocodillus sp (buaya), ikan dan kepiting, gigi ikan hiu, Hippopotamus sp (kuda nil), Mollusca(kelas Pelecypoda dan Gastropoda ), Chelonia sp (kura-kura), dan foraminifera . |  | |
| 4. | Batu-batuan , antara lain Meteorit/Taktit, Kalesdon, Diatome, Agate, Ametis | ||
| 5. | Alat-alat batu, antara lain serpih dan bilah, serut dan gurdi, kapak persegi, bola batu dan kapak perimbas-penetak. | ||
| Menara Pandang | ||
|  | 
Untuk
 meningkatkan pelayanan kepada para wisatawan, di Kawasan Sangiran telah
 dibangun Menara Pandang dan Wisma Sangiran. Para wisatawan bisa 
menikmati keindahan dan keasrian panorama di sekitar Kawasan Sangiran 
dari ketinggian lewat Menara Pandang Sangiran. Selain itu, untuk 
memenuhi kebutuhan para wisatawan akan tempat penginapan yang nyaman di 
Kawasan Sangiran telah dibangun Wisma Sangiran ( Guest HouseSangiran)
 yang terletak di sebelah Menara Pandang Sangiran. Wisma Sangiran ini 
berbentuk joglo (rumah adat Jawa Tengah) dengan ornamen-ornamen khas 
Jawa yang dilengkapi dengan pendopo sebagai lobby . Keberadaan 
Wisma Sangiran ini sangat menunjang kegiatan yang dilakukan oleh para 
tamu atau wisatawan khususnya bagi mereka yang melakukan penelitian ( research ) tentang keberadaan fosil di Kawasan Sangiran. Wisma Sangiran memiliki fasilitas-fasilitas yang memadai, antara lain :Deluxe Room , sebanyak dua kamar dilengkapi dengandouble bed , bath tub dan shower , washtafe l, meja rias dan rak ; Standard Room , sebanyak tiga kamar dilengkapi dengan double bed , bak mandi, washtafel , dan meja rias; Ruang Keluarga yang dilengkapi dengan meja dan kursi makan serta kitchen set ; Pendopo ( Lobby ) yang dilengkapi dengan meja dan kursi ; serta tempat parkir. Selain fasilitas-fasilitas tersebut, juga disediakan mobil (mini train ) untuk memudahkan mobilitas para wisatawan yang berkunjung ke Kawasan Sangiran. | 
RUTE MENUJU SANGIRAN
Dengan Pesawat
Dari Bandara Adi Sumarmo (Solo), ambil jalan darat menuju ke Museum Sangiran.
Jalan Darat
•  Dari Solo > Kalijambe > Sangiran ( ± 20 km ke arah utara)
•  Dari Semarang > Purwodadi > Kalijambe > Sangiran
•  Dari Surabaya > Sragen > Kalijambe > Sangiran
•  Dari Yogyakarta > Solo > Kalijambe > Sangiran
Situs
 Sangiran merupakan tempat yang tempat untuk melakukan perjalanan 
kembali ke masa pra sejarah. Banyak hal yang bisa dipelajari di situs 
ini, antara lain tentang kehidupan di masa lalu dan tentang misteri 
evolusi makhluk hidup yang sangat menarik untuk diungkap. Semoga 
penjelasan ini bisa memberikan gambaran bagi para pembaca bahwa ada 
dunia menakjubkan di balik Situs Sangiran. Pengetahuan ini perlu 
disebarluaskan kepada para generasi penerus supaya mereka ikut 
melestarikan warisan dunia yang menakjubkan ini. Informasi tersebut akan
 terasa lebih lengkap lagi apabila disertai dengan kunjungan langsung ke
 Museum Sangiran dan kunjungi website Situs Sangiran diwww.sangiran.info atau www.sragenkab.go.id
 

 

