Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Sragen - "Bekerja Keras - Bergerak Cepat - Bertindak Tepat"

Tuesday 23 April 2013

SEJARAH KABUPATEN SRAGEN

Kabupaten SRAGEN



Profil

Nama Resmi:Kabupaten Sragen
Ibukota:Sragen
Provinsi :JAWA TENGAH
Batas Wilayah:
Sebelah TimurKabupaten Ngawi (propinsi jawa timur)
Sebelah BaratKabupaten Boyolali
Sebelah SelatanKabupaten Karanganyar
Sebelah UtaraKabupaten Grobogan
Luas Wilayah:941,54 Km²
Jumlah Penduduk:862.400 Jiwa 
Wilayah Administrasi:Kecamatan: 20, Kelurahan: 12, Desa: 196
Website:http://www.sragenkab.go.id/

(Permendagri No.66 Tahun 2011)

Sejarah

Hari Jadi Kabupaten Sragen ditetapkan dengan Perda Nomor : 4 Tahun 1987, yaitu pada hari Selasa Pon, tanggal 27 Mei 1746. tanggal dan waktu tersebut adalah dari hasil penelitian serta kajian pada fakta sejarah, ketika Pangeran Mangkubumi yang kelak menjadi Sri Sultan Hamengku Buwono yang ke- I menancapkan tonggak pertama melakukan perlawanan terhadap Belanda menuju bangsa yang berdaulat dengan membentuk suatu Pemerintahan lokal di Desa Pandak, Karangnongko masuk tlatah Sukowati sebelah timur. 
Kronologi dan Prosesi
          Pangeran Mangkubumi adik dari Sunan Pakubuwono II di Mataram sangat membenci Kolonialis Belanda. Apalagi setelah Belanda banyak mengintervensi Mataram sebagai Pemerintahan yang berdaulat. Oleh karena itu dengan tekad yang menyala bangsawan muda tersebut lolos dari istana dan menyatakan perang dengan Belanda. Dalam sejarah peperangan tersebut, disebut dengan Perang Mangkubumen ( 1746 - 1757 ).
          Dalam perjalanan perangnya Pangeran Muda dengan pasukannya dari Keraton bergerak melewati Desa-desa Cemara, Tingkir, Wonosari, Karangsari, Ngerang, Butuh, Guyang. Kemudian melanjutkan perjalanan ke Desa Pandak, Karangnongko masuk tlatah Sukowati. 
          Di Desa ini Pangeran Mangkubumi membentuk Pemerintahan Pemberontak. Desa Pandak, Karangnongko di jadikan pusat Pemerintahan Projo Sukowati, dan Beliau meresmikan namanya menjadi Pangeran Sukowati serta mengangkat pula beberapa pejabat Pemerintahan.
          Karena secara geografis terletak di tepi Jalan Lintas Tentara Kompeni Surakarta – Madiun, pusat Pemerintahan tersebut dianggap kurang aman, maka kemudian sejak tahun 1746 dipindahkan ke Desa Gebang yang terletak disebelah tenggara Desa Pandak Karangnongko. 
          Sejak itu Pangeran Sukowati memperluas daerah kekuasaannya meliputi Desa Krikilan, Pakis, Jati, Prampalan, Mojoroto, Celep, Jurangjero, Grompol, Kaliwuluh, Jumbleng, Lajersari dan beberapa desa Lain.
          Dengan daerah kekuasaan serta pasukan yang semakin besar Pangeran Sukowati terus menerus melakukan perlawanaan kepada Kompeni Belanda bahu membahu dengan saudaranya Raden Mas Said, yang berakhir dengan perjanjian Giyanti pada tahun 1755, yang terkenal dengan Perjanjian Palihan Negari, yaitu kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta, dimana Pangeran Sukowati menjadi Sultan Hamengku Buwono ke-1 dan perjanjian Salatiga tahun 1757, dimana Raden Mas Said ditetapkan menjadi Adipati Mangkunegara I dengan mendapatkan separuh wilayah Kasunanan Surakarta. 
          Selanjutnya sejak tanggal 12 Oktober 1840 dengan Surat Keputusan Sunan Paku Buwono VII yaitu serat Angger – angger Gunung, daerah yang lokasinya setrategis ditunjuk menjadi Pos Tundan, yaitu tempat untuk menjaga ketertiban dan keamanan Lalu Lintas Barang dan surat serta perbaikan jalan dan jembatan, termasuk salah satunya adalah Pos Tundan Sragen.
          Perkembangan selanjutnya sejak tanggal 5 juni 1847 oleh Sunan Paku Buwono VIII dengan persetujuan Residen Surakarta baron de Geer ditambah kekuasaan yaitu melakukan tugas kepolisian dan karenanya disebut Kabupaten Gunung Pulisi Sragen. Kemudian berdasarkan Staatsblaad No 32 Tahun 1854, maka disetiap Kabupaten Gunung Pulisi dibentuk Pengadilan Kabupaten, dimana Bupati Pulisi menjadi Ketua dan dibantu oleh Kliwon, Panewu, Rangga dan Kaum. 
          Sejak tahun 1869, daerah Kabupaten Pulisi Sragen memiliki 4 ( empat ) Distrik, yaitu Distrik Sragen, Distrik Grompol, Distrik Sambungmacan dan Distrik Majenang. Selanjutnya sejak Sunan Paku Buwono VIII dan seterusnya diadakan reformasi terus menerus dibidang Pemerintahan, dimana pada akhirnya Kabupaten Gunung Pulisi Sragen disempurnakan menjadi Kabupaten Pangreh Praja. Perubahan ini ditetapkan pada jaman Pemerintahan Paku Buwono X, Rijkblaad No. 23 Tahun 1918, dimana Kabupaten Pangreh Praja sebagai Daerah Otonom yang melaksanakan kekuasaan hukum dan Pemerintahan.
          Dan Akhirnya memasuki Zaman Kemerdekaan Pemerintah Republik Indonesia , Kabupaten Pangreh Praja Sragen menjadi Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen.
( Sumber : Sejarah dan Hari Jadi Pemerintahan di Kota Sragen, 1987 )


Arti Logo


Lambang Daerah Kabupten dibuat dengan maksud untuk mencerminkan cita-cita kepribadian, hasrat cita-cita rakyatnya, oleh karena itu dibuatkan suatu lambang Daerah dengan bentuk isi warna sebagai yang dituliskan pada Lampiran Peraturan Daerah ini.
BENTUK ISI DAN WARNA LAMBANG
Bentuk pokok dari pada lambang Daerah Kabupaten Sragen merupakan suatu perisai berbentuk jantung, berwarna dasar kuning dengan pelisir berwarna merah dan hitam.
Bentuk warna dan perbandingan ukuran perisai serta tata lukisannya adalah seperti gambar yang terlukis dalam lampiran Peraturan Daerah ini.
Pada perisai tersebut dilukiskan empat belas macam lukisan benda alam, bangunan dan benda kebudayaan, yang tata letaknya tersusun secara artistik, terdiri dari :
-
sebatang pohon beringin, berwarna hijau serta berakar gantung delapan buah.
-
roda bergigi empat berwarna kuning.
-
sebilah keris terhunus berbentuk jangkung dengan warna hitam.
-
pintu gerbang hitam.
-
sebuah gunung berwarna biru.
-
api menyala-nyala berwarna merah.
-
dua batang tebu, dengan warna merah kekuning-kuningan.
-
air sungai berwarna biru, dengan tiga jalur gelombangnya berwarna putih.
-
sembilan mata rantai berwarna hitam.
-
sebuah bintang berujung lima, dengan warna kuning emas, terletak pada sebuah perisai putih.
-
sehelai selendang merah putih.
-
sebulir padi berisi tujuh belas butir pada berwarna kuning.
-
serangakai kapas terdiri dari delapan butir.
-
sehelai selendang berwarna putih, dengan tulisan berbunyi " Sragen".

WARNA DARIPADA BENTUK ISI DAN WARNA LAMBANG

Perisai dan keris melambangkan jiwa kepahlawanan rakyat Daerah kabupaten Sragen atau dikenal dengan nama daerah Sukowati, perisai tersebut berbentuk jantung melambangkan adanya hidup dan kehidupan.
Pohon beringin lambang sifat kepeminpinan dan pengayoman.
Roda bergigi empat yang juga dianggap sebagai matahari terbit.Roda bergigi menunjukkan bahwa Daerah kabupaten Sragen telah memiliki beberapa perusahaan yang berujud pabrik-pabrik.
Pintu gerbang menunjukkan bahwa daerah Kabupaten Sragen merupakan pintu gerbangnya Jawa Tengah terhadap Jawa Timur.
Sebuah gunung menunjukkan bahwa daerah Kabupaten Sragen terletak dikaki gunung Lawu.
Api menyala-nyala, melambangkan semangat rakyat daerah Kabupaten Sragen didalam mencapai areal cita-cita dan tujuan.
Batang pohon tebu, menunjukkan bahwa daerah Kabupaten Sragen merupakan daerah areal dan penghasil gula.
Air sungai berwarna biru berjalur tiga, melambangkan bahwa Bengawan Solo yang mengalir sepanjang Daerah Kabupaten Sragen.
Mata rantai berwarna hitam, melambangkan persatuan dan kesatuan rakyat Kabupaten Sragen yang kekal abadi.
Bintang berujung lima dalam perisai yang berwarna hitam, melambangkan kepercayaan rakyat daerah kabupaten Sragen kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Selendang merah putih, melambangkan merah berarti berani, putih berarti suci.
Selendang putih bertuliskan " Sragen " menunjukkan daerah, pemilik lambang.
Bentuk pokok dari Lambang Daerah Kabupaten Sragen merupakan perisai yang berbentuk jantung, Perisai merupakan alat pada jaman dahulu untuk melindungi diri dan menanggulangi serangan lawan, Jantung merupakan sumber hidup bagi manusia.Dari bentuk pokok ini dicita-citakan semoga rakyat beserta Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen selalu mampu menangkis dan menanggulangi segala bencana, baik yang ditimbulkan oleh manusia maupun yang ditimbulkan oleh alam. Secara ideal diharapkan mudah-mudahan rakyat memiliki sumber-sumber penghidupan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri, syukur dapat dilimpahkan kepada daerah lain.

Pohon beringin berwarna hijau berakar gantung 8 buah. Melambangkan penguasa/ Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen, yang senantiasa menggunakan 8 sifat kepemimpinan, yaitu hasta brata didalam menjalankan tugas dan kebijaksanaannya. Sehingga benar-benar merupakan pengayom dan plindung bagi rakyatnya.

Roda bergigi empat, yang juga dianggap sebagai matahari terbit :

-
Roda bergigi, melambangkan bahwa didaerah Kabupaten Sragen sekarang ini telah terdapat perusahaan yang berbentuk pabrik sebagai penghasil barang-barang eksport, antara lain gula dan karet.
-
Matahari terbit, melambangkan telah terbitnya masa depan yang cerah bagi daerah Kabupaten Sragen, menuju kearah kemakmuran dan kesejahteraan.
Perisai dan keris, sifat kepahlawanan rakyat Daerah Kabupaten Sragen yang juga dikenal dengan nama rakyat Sukowati, dalam melawan kolonialisme sudah ada jauh sebelum perang Kemerdekaan ke II(Clash ke II) yaitu sebagaimana dikisahkan dalam cerita Babad Giyanti yang menunjukkan perlawanan Pangeran Mangkubumi ke II terhadap kekuasaan penjajahan Belanda, yang selalu mencoba mengadu sesama bangsa Indonesia. Alat perlengkapan perang serta senjata rakyat Sukowati pada waktu itu antara lain masih menggunakan perisai (tameng) dan keris. Itulah sebabnya sifat darah kepahlawanan rakyat Sukowati dilambangkan dengan Perisai dan Keris

Keris dilukiskan dengan bentuk (Jawa : dapur) jangkung. Menjangkung artinya melindungi dalam arti rohaniah/batiniah. Dengan demikian, keris dengan dapur jangkung tersebut mengandung maksud serta harapan, semoga para aparatur Pemerintahan Daerah Kabupaten Sragen didalam melaksanakan tugas dan kebijaksanaannya sehari-hari selalu mendapatkan perlindungan dari Tuhan Yang Maha Esa, serta memperoleh petunjuk jalan yang benar dan lempang.

Pintu gerbang, menunjukkan bahwa daerah Kabupaten Sragen merupakan pintu gerbang yang menghubungkan Propinsi Jawa Tengah dengan Propinsi Jawa Timur, dengan dilalui jalan raya Solo Madiun yang merupakan urat nadi perhubungan perekonomian.

Gunung, daerah Kabupaten Sragen terletak dikaki Gunung Lawu. Bagi Sragen, Gunung Lawu merupakan sumber air, pembentukkan sungai-sungai yang berguna bagi keperluan pertanian.

Api, digambarkan ditengah-tengah gapura, dengan wujud yang menyala-nyala. Melambangkan kehendak rakyat Kabupaten Sragen yang didalam mencapai cita-cita dan membangun daerahnya selalu disertai dengan semangat menyala yang tak kunjung padam, sebelum tercapai maksudnya.

Tebu, menunjukkan bahwa daerah Kabupaten Sragen merupakan areal tebu, penghasil gula sebagai barang eksport.

Air Sungai, melambangkan kemanfaatan air sungai Bengawan Solo terhadap daerah Kabupaten Sragen. Dimana Bengawan Solo mengalir sepanjang daerah tersebut, sehingga tanah pertanian sebelah kanan kiri sepanjang sungai merupakan lembah yang sangat subur untuk pertanian. Secara bertahap air sungai Bengawan ini akan lebih dimanfaatkan untuk tanah pertanian, dengan dipompa airnya untuk dialirkan kedaerah sekitarnya, yang pada musim kemarau kekurangan air.

Mata rantai berwarna hitam, merupakan lambang persatuan dan kesatuan rakyat daerah Kabupaten Sragen yang bulat serta mantap, yag merupakan modal pokok untuk menuju apapun yang ingin dicapai oleh Pemerintah dan rakyat.

Sebuah bintang, berujung lima berwarna kuning emas, terletak diatas perisai hitam, melambangkan salah sati ciri khas kepribadian rakyat daerah Sragen akan kepercayaannya yang sangat kuat terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sebagai Sila Dasar dari Pancasila falsafah Negara Republik Indonesia.

Padi dan Kapas lambang cita-cita kemakmuran rakyat.
Padi digambar 17 butir
Kapas digambar 8 butir
Keris digambar 9 mata
Roda digambar 4 gigi.
Bintang digambar 5 ujung
Angka-angka tersebut disusun untuk mengabadikan Proklamasi 17 - 8 - 1945.
 

Nilai Budaya

SANGIRAN
Sragen merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Timur. Dengan demikian, Kabupaten Sragen adalah pintu gerbang memasuki Jawa Tengah dari arah timur. Kabupaten Sragen juga sering disebut sebagai “Tlatah Sukowati” yang mempunyai wilayah seluas 941,55 KM 2 , dengan topografi sebagai berikut: di tengah-tengah wilayah mengalir Sungai Bengawan Solo yang merupakan sungai terpanjang di Pulau Jawa; daerah sebelah selatan merupakan bagian dari lereng Gunung Lawu; sebelah utara merupakan bagian dari Pegunungan Kendeng; dan sebelah barat merupakan kawasan yang sangat terkenal dengan sebutan “Kubah Sangiran”.
Terletak di desa Krikilan,Kec. Kalijambe ( + 40 km dari Sragen atau + 17 km dari Solo) Sangiran Dome menyimpan puluhan ribu fosil dari jaan pleistocen ( + 2 juta tahun lalu). Fosil-fosil purba ini merupakan 65 % fosil hominid purba di Indonesia dan 50 % di seluruh dunia. Hingga saat ini telah ditemukan lebih dari 13.685 fosil 2.931 fosil ada di Museum, sisanya disimpan di gudang penyimpanan. 
Sebagai  World  Heritage  List  (Warisan Budaya  Dunia). Museum ini memiliki fasilitas-fasilitas diantaranya :ruang pameran (fosil  manusia, binatang purba), laboratorium, gudang fosil, ruang slide dan kios-kios souvenir khas Sangiran.
Keistimewaan Sangiran, berdasarkan penelitian para ahli Geologi dulu pada masa  purba merupakan hamparan lautan. Akibat proses geologi dan akibat bencana alam letusan Gunung Lawu, Gunung Merapi, dan Gunung Merbabu, Sangiran menjadi Daratan. Hal tersebut dibuktikan  dengan lapisan-lapisan tanah  pembentuk  wilayah  Sangiran yang sangat berbeda dengan lapisan tanah di tempat lain. Tiap-tiap lapisan tanah tersebut ditemukan fosil-fosil menurut jenis dan jamannya. Misalnya, Fosil Binatang Laut banyak diketemukan di Lapisan tanah paling bawah, yang dulu merupakan lautan. 


“  Dome Sangiran” atau Kawasan Sangiran yang memiliki luas wilayah sepanjang bentangan dari utara –selatan sepanjang 9 km. Barat –Timur sepanjang 7 km.    Masuk dalam empat kecamatan atau sekitar 59,3 Km2. Temuan Fosil di “Dome Sangiran” di kumpulkan dan disimpan di Museum Sangiran.   Temuan Fosil di Sangiran untuk jenis Hominid Purba (diduga sebagai asal evolusi Manusia)   ada 50 (Limapuluh) Jenis/Individu. Untuk Fosil-fosil yang diketemukan di Kawasan Sangiran merupakan 50 % dari temuan fosil di Duniadan merupakan 65 % dari temuan di Indonesia. Oleh Karenanya Dalam sidangnya yang ke 20 Komisi Warisan Budaya Dunia di Kota Marida, Mexico tanggal 5 Desember 1996, Sangiran Ditetapkan sebagai salahsatu Warisan Budaya Dunia “World Haritage List”   Nomor : 593.
Koleksi Musium Sangiran
1.
Fosil manusia, antara lain Australopithecus africanus ,Pithecanthropus mojokertensis (Pithecantropus robustus ),Meganthropus palaeojavanicus Pithecanthropus erectus ,Homo soloensis Homo neanderthal Eropa, Homo neanderthalAsia, dan Homo sapiens .
2.
Fosil binatang bertulang belakang, antara lain Elephas namadicus (gajah),Stegodon trigonocephalus (gajah), Mastodon sp (gajah), Bubalus palaeokarabau (kerbau), Felis palaeojavanica (harimau), Sus sp (babi),Rhinocerus sondaicus (badak), Bovidae (sapi, banteng), dan Cervus sp(rusa dan domba).

3.

Fosil binatang air, antara lain Crocodillus sp (buaya), ikan dan kepiting, gigi ikan hiu, Hippopotamus sp (kuda nil), Mollusca(kelas Pelecypoda dan Gastropoda ), Chelonia sp (kura-kura), dan foraminifera .

4.

Batu-batuan , antara lain Meteorit/Taktit, Kalesdon, Diatome, Agate, Ametis

5.
Alat-alat batu, antara lain serpih dan bilah, serut dan gurdi, kapak persegi, bola batu dan kapak perimbas-penetak.

Menara Pandang
Untuk meningkatkan pelayanan kepada para wisatawan, di Kawasan Sangiran telah dibangun Menara Pandang dan Wisma Sangiran. Para wisatawan bisa menikmati keindahan dan keasrian panorama di sekitar Kawasan Sangiran dari ketinggian lewat Menara Pandang Sangiran. Selain itu, untuk memenuhi kebutuhan para wisatawan akan tempat penginapan yang nyaman di Kawasan Sangiran telah dibangun Wisma Sangiran ( Guest HouseSangiran) yang terletak di sebelah Menara Pandang Sangiran. Wisma Sangiran ini berbentuk joglo (rumah adat Jawa Tengah) dengan ornamen-ornamen khas Jawa yang dilengkapi dengan pendopo sebagai lobby . Keberadaan Wisma Sangiran ini sangat menunjang kegiatan yang dilakukan oleh para tamu atau wisatawan khususnya bagi mereka yang melakukan penelitian ( research ) tentang keberadaan fosil di Kawasan Sangiran. Wisma Sangiran memiliki fasilitas-fasilitas yang memadai, antara lain :Deluxe Room , sebanyak dua kamar dilengkapi dengandouble bed bath tub dan shower washtafe l, meja rias dan rak ; Standard Room , sebanyak tiga kamar dilengkapi dengan double bed , bak mandi, washtafel , dan meja rias; Ruang Keluarga yang dilengkapi dengan meja dan kursi makan serta kitchen set ; Pendopo ( Lobby ) yang dilengkapi dengan meja dan kursi ; serta tempat parkir. Selain fasilitas-fasilitas tersebut, juga disediakan mobil (mini train ) untuk memudahkan mobilitas para wisatawan yang berkunjung ke Kawasan Sangiran.
RUTE MENUJU SANGIRAN
Dengan Pesawat
Dari Bandara Adi Sumarmo (Solo), ambil jalan darat menuju ke Museum Sangiran.
Jalan Darat
•  Dari Solo > Kalijambe > Sangiran ( ± 20 km ke arah utara)
•  Dari Semarang > Purwodadi > Kalijambe > Sangiran
•  Dari Surabaya > Sragen > Kalijambe > Sangiran
•  Dari Yogyakarta > Solo > Kalijambe > Sangiran
Situs Sangiran merupakan tempat yang tempat untuk melakukan perjalanan kembali ke masa pra sejarah. Banyak hal yang bisa dipelajari di situs ini, antara lain tentang kehidupan di masa lalu dan tentang misteri evolusi makhluk hidup yang sangat menarik untuk diungkap. Semoga penjelasan ini bisa memberikan gambaran bagi para pembaca bahwa ada dunia menakjubkan di balik Situs Sangiran. Pengetahuan ini perlu disebarluaskan kepada para generasi penerus supaya mereka ikut melestarikan warisan dunia yang menakjubkan ini. Informasi tersebut akan terasa lebih lengkap lagi apabila disertai dengan kunjungan langsung ke Museum Sangiran dan kunjungi website Situs Sangiran diwww.sangiran.info atau www.sragenkab.go.id
Readmore »

Monday 8 April 2013

SELAYANG PANDANG DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN SRAGEN

Pemerintah Kabupaten Sragen selalu berusaha menjadi fasilitator sekaligus motor pembangunan dalam upaya meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Pembangunan tersebut dilakukan secara komprehensif baik fisik maupun non-fisik. Pembangunan fisik yang dilakukan di Kabupaten Sragen menjadi tanggungjawab Dinas Pekerjaan Umum.
Pembangunan fisik yang menjadi kewenangan Dinas Pekerjaan Umum meliputi :
  • Peningkatan kualitas dan kuantitasfasilitas umum, seperti sarana transportasi, Jaringan  Irigasi, pendidikan, kesehatan, permukiman, perkantoran, olah raga dan sosial
  • Pemenuhan jaringan infrastruktur, seperti jaringan jalan, drainase, Irigasi, dan sanitasi
Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Sragen dalam melaksanakan tugas dan kewenangannya dibagi dalam empat bidang dan sekretariat, yaitu :
1.      Sekretariat
2.      Bidang Bina Marga
3.      Bidang Cipta Karya
Keempat bidang dan sekretariat tersebut memiliki tugas dan fungsi masing-masing serta bekerja sama dalam mewujudkan Visi Dinas Pekerjaan Umum, yaitu “ DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN SRAGEN TERDEPAN DALAM INOVASI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR”.
Untuk mengupayakan terwujudnya Visi dari Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Sragen, maka sejumlah Misi yang harus dilaksanakan oleh Dinas Pekerjaan Umum beserta seluruh masyarakat yaitu : 
  1. Mewujudkan masyarakat yang mandiri melalui pembangunan Cipta Karya, Bina Marga, Pengairan, Pertambangan dan Energi dan Perencanaan Teknik dan Pengaturan Tata Ruang yang ekonomis berdaya guna dan berhasil guna. 
  2. Peran Dinas Pekerjaan Umum sebagai pusat data dan informasi pelaksanaan pembangunan, peningkatan operasi dan pemeliharaan prasarana dan peningkatan  serta pemeliharaan jalan dan jembatan, pengairan, lingkungan dan permukiman.
Peningkatan kemampuan dan peran serta masyarakat secara aktif dalam pengelolaan prasarana  pengairan, kualitas  pengawasan seluruh proses penyelenggaraan jalan dan jembatan, penataan lingkungan dan permukiman.

Readmore »

Tuesday 2 April 2013

SRAGEN PELAKSANA PERTAMA UJIAN SERTIFIKASI BARANG DAN JASA DENGAN SISTEM ONLINE

SRAGEN - Pemkab Sragen menggelar sosialisasi Peraturan Presiden (Perpres) No 70/2013, sekaligus melaksanakan ujian sertifikasi pengadaan barang dan jasa pemerintah. Kegiatan tersebut berlangsung tanggal 27-28 Maret 2013. Kegiatan sosialisasi dilaksanakan di Pendopo Sumonegoro, selanjutnya ujian dilaksanakan di Laboratorium Komputer SMKN 2 Sragen.

Menurut tim pelaksana ujian, Dwiyanto, SSTP, MSi, Sragen merupakan Kabupaten / Kota pertama yang melaksanakan ujian Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) secara Online. “Dalam ujian ini, peserta dapat memilih tipe soal yang diberikan secara online, dikerjakan, langsung keluar nilainya dan langsung dapat mengetahui lulus atau tidak ” ungkapnya.
 
Dalam kegiatan sosialisasi dan ujian tersebut, turut hadir tim dari LKPP pusat yang diketuai oleh Deputi Bidang Pengembangan dan Pembinaan Sumber Daya Manusia LKPP, Agus Prabowo. Menurut Agus Prabowo melalui asistennya mengatakan bahwa tujuan sosialisasi dan ujian sertifikasi untuk memenuhi persyaratan sebagaimana disebutkan dalam Perpres No 70/2013. Untuk pelaksanan ujian ada beberapa sistem; berbasis kertas yaitu mengerjakan soal di kertas ujian, berbasis komputer yaitu mengerjakan ujian yang soalnya sudah lebih dahulu dicopy di komputer tersebut, dan berbasis online yaitu mengerjakan melalui jaringan internet yang servernya ada di pusat. Dan Sragen merupakan kabupaten / kota pertama yang melaksanakan ujian dengan sistem online ini.

Kegiatan tersebut diikuti 114  peserta yaitu para PNS dari Satuan Kerja Perangkat Daerah yang langsung menangani kegiatan dan calon pimpinan kegiatan, panitia pengadaan dan pejabat pengadaan barang/jasa. 

Selama kegiatan, para peserta akan disajikan materi tentang pengantar pengadaan barang/jasa pemerintah, persiapan pengadaan barang/jasa, pelaksanaan pengadaan barang pekerjaan konstruksi, jasa lainnya dan jasa konsultasi, swakelola pengadaan barang/jasa pemerintah yang materinya disampaikan narasumber dari Lembaga Kebijakan Pengadaan barang/jasa Pemerintah (LKPP) RI dan dari LPSE Kab. Sragen. (fa_pde)


Sumber : http://www.sragenkab.go.id
Readmore »